BeritaInfo

Di Pohuwato, Kerusakan Hutan Mangrove jadi Ancaman Serius

SUARAPOST.ID, POHUWATO – Hutan Mangrove menjadi salah satu hal penting untuk dijaga kelestariannya. Namun, apa jadinya jika hutan Mangrove mulai mengalami kerusakan akibat ulah oleh oknum tidak bertanggungjawab.

Di Kabupaten Pohuwato khususnya, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, sejak tahun 2022, beberapa hutan mangrove telah beralih fungsi menjadi lahan tambak. Hal itu menjadi sebuah ancaman kerusakan hutan mangrove dan perlu menjadi perhatian serius dari semua pihak, sebab diketahui hutan mangrove memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem pesisir.

Dilansir media bicaraa.com, pada Minggu 29 September 2024, kepala BKSDA Provinsi Gorontalo, Sjamsudin Hadju menyampaikan hutan mangrove memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai daerah pemijahan (spawning ground), tempat mencari makan (feeding ground), serta tempat asuhan (nursery ground) bagi berbagai jenis biota laut.

“Hilangnya hutan mangrove berarti hilangnya habitat penting bagi flora dan fauna yang hidup di sana,” ungkapnya.

Dalam SK Menhut No. 325/Menhut-II/2010, kata Sjamsudin, bahwa Kabupaten Pohuwato memiliki kawasan hutan seluas 473.273 hektare. Area tersebut terdiri dari hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan yang dapat dikonversi. Dari jumlah tersebut, hutan mangrove mencakup sekitar 15.600 hektare.

Disisi lain, data dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPTD KPH) Kabupaten Pohuwato menunjukkan adanya pengurangan luas hutan mangrove yang signifikan.

Kondisi Hutan Mangrove di Pohuwato. Sumber foto: Bicara.com

“Sebanyak 8.233 hektare hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato telah berubah fungsi menjadi tambak dan hal ini sangat memprihatinkan,” paparnya.

Wilayah-wilayah yang terdampak termasuk Kecamatan Paguat, Marisa, Duhiadaa, Patilanggio, Randangan, Wonggarasi, Lemito, dan beberapa wilayah di Popayato Timur, Popayato, dan Popayato Barat. Ia juga menekankan, pembabatan mangrove tidak hanya merusak lingkungan saat ini, tetapi juga akan berdampak buruk bagi generasi mendatang.

“Mungkin efeknya belum terasa sekarang, tetapi bagaimana dengan generasi berikutnya, dampaknya pasti akan terasa, entah banjir dan sebagainya,” tandasnya. (Kaco)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button